Old story from me........Take a lesson..(actually i dont know bout it)

Di suatu kerajaan yang diperintah oleh raja yang rakus dan tamak. Di mana rakyatnya miskin dan menderita kelaparan. Sang pangeran yang masih berumur 8 tahun ternyata sedang sakit parah dan sang raja mencoba mengobatinya dengan banyak cara. Tetapi akhirnya sang pangeranpun meninggal dunia. Untuk mengenang sang pangeran, tanpa perasaanpun sang raja memaksa rakyatnya untuk mengumpulkan emas yang akhirnya akan digunakan untuk membuat patung emas sang pangeran.

Dalam satu bulan, jadilah patung emas tersebut. Lalu patung tersebut diletakkan di tengah-tengah alun alun istana. Entah bagaimana, jiwa sang pangeran masuk ke dalam patung tersebut. Ternyata sang pangeran adalah orang yang baik hati, ia meratapi nasib rakyatnya yang menderita karena perbuatan ayahnya yang rakus dan tamak. Suatu hari datanglan burung nuri yang hinggap di pundak sang pangeran. Sang burung melihat sedihnya sang pangeran dan berkata,” ada apa? Mengapa engkau terlihat sedih patung emas?”. Sang pangeran menjawab, “ Aku sedih, melihat nasib rakyat yang miskin dan menderita, sedangkan aku disini berdiri dan berlapiskan emas, apa gunanya aku disini? Bukankah lebih baik emas di tubuhku ini diperuntukkan rakyat untuk membiayai kehidupan mereka?”. “ Memang benar, tetapi apa yang bisa kita lakukan sekarang? Aku hanyalah burung kecil dan engkau hanayalah patung emas .”, kata sang burung nuri. “Aku punya ide, tetapi aku tetap butuh bantuanmu hai burung nuri.”, kata pangeran. “Baik, aku akan bantu sebisaku.”, sang burung nuri menyetujuinya. “Baiklah, tolong patukilah tubuh emasku ini, dan tiap lempengan yang lepas bagikanlah kepada rakyat banyak. Tiap hari datanglah ke tampat ini dan perlahan-lahan lepaskanlah lempengan emas ini. Bagaimana?”. “Baik, aku akan membantumu.”

Maka tiap hari sang burung nuri datang dan mematuki tubuh sang patung emas. Lalu burung tersebut terbang dan menyebarkan lempengan emas yang dia dapatkan dari sang patung tersebut kepada rakyat yang membutuhkan. Setelah beberapa minggu, tubuh sang patung emas semakin menyusut dan menipis. Begitu juga paruh sang burung nuri, semakin tumpul dan rusak karena mematuki emas yang keras. Pada minggu ke 6, akhirnya lapisan emas patung sang pangeran tersisa 1 lempengan terakhir. Begitu juga dengan sang burung nuri, kehabisan tenaga dan juga paruhnya telah tumpul dan tak berbentuk seperti paruh sepenuhnya. Melihat hal tersebut, sang patung emas berkata,” Hai burung nuri, ini adalah tugas terakhirmu, lepaskanlah lempengan terakhir emas tersebut, dan akhirnya beristirahatlah.”. Lalu dengan sisa tenaganya, sang burung nuri mengambil dan mengantarkan sisa lempengan tersebut kepada rakyat yang membutuhkan.

Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya sang burung nuri kembali ke pundak patung emas tersebut. Dengan sisa tenaga terakhirnya, sang burung berkata,” Hai patung emas, sudah berakhir tugasku membantumu, aku ingin beristirahat sekarang. Terima kasih telah membantu rakyat negara ini yang sedang menderita.”. Lalu sang burung nuri tidur di pundak patung emas tersebut, dan setelah beberapa lama, detak jantung sang burung akhirnya berhenti. Sang patung tersebut merasakan bahwa detak jantung sang burung nuri telah berhenti, dan ia merasa bahwa tak sepantasnya sang burung meninggal. Merasa bahwa dengan habisnya lapisan emas di tubuhnya, sang pangeran meminta dan berdoa agar jiwa yang tertanam di dalam patung ini dapat dipindahkan ke dalam burung nuri tersebut untuk menggantikan nyawa sang burung yang hilang. Maka dikabulkanlah permintaan sang pangeran dan akhirnya sang burung nuripun kembali hidup.

Untuk menghormati jasa sang pangeran dalam patung emas tersebut, sang burung nuri setiap hari datang dan meletakkan setangkai bunga di bawah patung tersebut. Hal itu dilakukan hingga akhir hidup sang burung nuri.

0 komentar: